dan oh iya kalau kalian engeh. i dont giving a single hint what gender Langit is. i leave it to your imagination.
Ibu Bintang tidak henti-hentinya menangis. Berjalan
kesana-kemari didepan ruang unit gawat darurat. Sedang aku hanya bisa terdiam.
Tidak lagi, kenapa ini harus terjadi untuk kedua kalinya. Aku paham betul
situasi ini bertahun-tahun lalu.
“Langit?” seorang suster lengkap dengan seragam
‘perang’nya keluar dari ruang UGD.
“Anak saya bagaimana?” histeris Ibu Bintang meronta
pada suster itu.
Aku sontak terbangun lalu menghampirinya. “Saya?”
“Tapi saya Ibunya, saya mau lihat anak saya Sus.”
Miris, kenapa Bintang, kenapa aku.
“Anda Langit? Pasien menyebut nama kamu berulang-ulang
kali. Tolong masuk kedalam.”
Ini apa? Drama? Film layar lebar? Kenapa rasanya plot
ini sering aku lihat. Tuhan tolong jangan.
“Tolong, cepat. Ibu maaf tapi Ibu harus tunggu disini, kemi berusaha sekuat mungkin” seru suster itu saat tidak melihat pergerakan dariku.
Tuhan, don’t let
me lost faith in you. I beg you.
Kabel dimana-mana, diseluruh dada. Bunyi-bunyi
mengganggu, persis sama seperti saat itu. Langit tergulai disana. Disamping
benda yang menunjukkan pergerakan detak jantungnya, ekokardiogram.
Desahan Bintang memenuhi isi kepalaku. Tuhan tahu
betul batasku, dan seakan ia semakin mendorongku ke ujung batas itu, entah
maksudNya apa.
“…Langit”
Aku ingin meronta menangis. Dimana
buku takdirnya Tuhan? Dimana?! Biar aku rubah takdirnya. Mungkin Langit benar.
Aku memang egois. Aku takut sendiri.
“…Langit” rintihan Bintang membuat
aku hanya terfokus padanya. Seolah sekarang kami berada di dimensi lain. Dimana
hanya ada aku, dannya.
Aku mendekatinya menggenggam
tangannya. Aku membungkuk tepat disamping kupingnya, dan berbisik. “Ya?
Bintang?”
Ada pergerakan disudut bibirnya.
Bintang melengkungkan sedikit bibirnya. “Hey..”
Lagi, aku dan gravitasi mungkin
memang musuh besar, ia dan aku tidak pernah sejalan. Jatuh air asin dari
mataku. Mengalir seolah membuat aliran sungai di wajahku. Mengalir mengikuti
bentuk wajahku. “Hey…”
“Jangan Langit, tidak di akhir.”
Senyum itu melekat dibibirnya. Senyum yang paling aku benci. Senyum pasrah
seorang Bintang.
“Bintang, kau benar. Aku egois.”
Akhirnya aku turunkan harga diriku. Untuk mengakui hal ini. Hal yang aku selalu
tolak sebagai ide, ide picikku.
Bintang hanya tetap tersenyum. “Tidak
Langit. Kau berhak. aku milikmu, kan?”
Bullshit,
jika aku bias berhenti menangis dalam keadaan ini. Tuhan… Tolong.
“Sudah Langit, Tuhanmu sudah
memberiku satu kesempatan.” Ia menatap mataku dalam. “Ya. Aku percaya, pada
Tuhanmu.”
Tiba-tiba monitor EKG sialan itu
berbunyi. Ya bunyi yang paling aku benci seumur hidupku.
“TanpaNya, kau tidak ada.”
Aku menangis disana di ruangan itu,
lagi. Disituasi itu lagi. Semuanya seakan kembali keawal. Keawal Tuhan
memberikan kesempatan untuk Bintang. Ini semua bagai permainan. Bintang
kehabisan waktunya. Dan permainan berakhir.
“Kau tidak sendiri Langit” Bintang
menghela napas panjang. “Kau punya Tuhanmu.”
Atau, memang sedari awal. Bintang
memang tidak memiliki kesempatan ini.
Garis panjang dan bunyi paling
menakutkan itu. Memenuhi ruangan UGD. Aku menyeka air mataku. Berbalik menuju
pintu keluar. Disana Ibunya berdiri, menanti. Entah apa. Saat ia melihatku.
Pecah sudah tangisnya.
Ia menghampiriku dan memelukku.
“Langit, terima kasih. Terima kasih atas kesempatan ini. Setidaknya, kau
memperpanjang hidupnya.”
Saat
dua orang menangis bersama, kau tahu seberapa dalam luka yang mereka bagi.
“Ini.” Ibu bintang memberiku sebuah
amplop.
Ter-se-nyum.
Jangan lagi menangis,
kau memiliki Tuhanmu yang hebat itu.
Yang memberikan aku
kesempatan.
Tapi aku harusnya
memang berhenti disana.
Tapi karena kau,
mungkin salah satu malaikat dari Langitnya.
Maka aku diberi waktu.
Langit, boleh aku
meminta sesuatu?
Jangan pergi ke surga,
itu terlalu jauh untukku.
Bagaimana cara aku
menyusulmu nanti?
Langitku. Akhirnya,
usai sudah perjalananku.
Terimakasih. Untuk
semua ini.
Salah satu
bintang-milikmu dan Tuhanmu.
Kejam. Sampai
akhir kau tetap memintaku mengkhianati Tuhanku. Miris aku tertawa.
Ini bukan
akhir, ini awal. Jalan terjal menggapai kembali milikku.
you nappeun yeoja lol.
ReplyDeletethis so-called best friend of yours is currently in shock and lafhjksfhjk kthxbye. lol. sequel juseyong~
kakakakakakakak maybe you alrdy know who am I lol kkkk~ JAHAT INI AAAAA TAPI KEREN KAK :) bahasa baku aku suka kkk, entah cerpen kayak gini aku suka X3 ayo bikin lagi~~
ReplyDelete